Jujurnya, “A Lot of Nothing” bikin bingung. Ini film thriller atau komedi? Dan ternyata memang keduanya, lengkap dengan drama penuh sarkasme yang hampir-hampir tak disadari.
Dibuka dengan aktivitas bersantai malam James (Y’lan Noel) dan Vanessa (Cleopatra Coleman), pasangan sempurna yang mapan dan kaya raya. Ketenangan hati mereka terusik oleh sebuah berita tewasnya seorang anak yang diduga kulit hitam akibat tembakan opas yang tidak disengaja, dan pembunuh itu adalah tetangga mereka sendiri. Merasa pembunuhan tersebut merupakan tindak rasisme, Vanessa tersinggung dan membicarakan dengan suaminya bagaimana mereka harus bersikap kepada si tetangga. Mereka membicarakannya sepanjang malam.
Menariknya, adegan pembuka ini berlangsung kurang lebih lima belas menit dan semua dialog dilakukan oneshot. Selain mengesankan, bagian ini juga menunjukkan profesionalitas kedua aktor dan tentu saja menjadi jala bagi rasa penasaran penonton, karena siasat mereka berganti-ganti, makin kemari makin berlebihan, makin serius, makin a lot of nothing, betul-betul gak ada isinya. Dan di situlah titik kekonyolannya.
Plot dalam cerita ini sederhana, agak enggak nyangka bisa jadi film dengan durasi satu jam empat puluh menit. Ada sedikit pendalaman karakter James dan Vanessa, menggambarkan latar belakang mereka dan bagaimana mereka hidup mapan, berikut sisi pahitnya seperti Vanessa yang tidak bisa punya keturunan dan perselingkuhan yang sempat mengganggu hubungan mereka.
Film ini banyak melakukan mirroring dalam sinematografinya, dalam artian para aktor yang diambil shot dari cermin maupun pengalaman yang sedang mereka lalui yang dibuat cut to cut antara James dan Vanessa sehingga memberikan kesan sama dan sebanding; cermin. Sesuatu yang lumayan segar dalam film.
Dari babak ke babak, kebetulan-kebetulan dalam cerita ini terbilang kreatif. Namun, dialog antartokoh dan banyaknya shot close up membuat pengalaman menonton “A Lot of Nothing” jadi bosan dan melelahkan, apalagi dibarengi dengan musik suspense yang berlebihan di beberapa tempat–tidak semua, karena sarat irama jazzy yang asyik.
Film ini brilian di sisi komedi. Bagi saya, komedi satir yang bisa relate dengan banyak orang adalah komedi cerdas. Banyak dari realitas yang terjadi dalam film ini menyinggung LBTGQ+, vegan, rasisme, dan dangkalnya masyarakat dalam mencerna apa yang dikatakan media. Hal ini bakal terbaca begitu penonton mengetahui plot twist di akhir.Bukan pengalaman menonton terbaik, tapi tidak seburuk itu juga untuk dicoba.