Masih ingat dengan all-time hits “I Will Always Love You” ataupun “I Have Nothing”? Yup, keduanya termasuk ke dalam original soundtrack “The Bodyguard”, yang diklaim sebagai best-selling soundtrack all-time greatest sampai saat ini.
Film ini sebetulnya punya inti cerita yang sudah cukup jelas, kisah seorang bodyguard dengan kliennya, yang pasti agar menarik diberi tambahan bumbu percintaan. Tepatnya, kisah percintaan seorang bodyguard dengan kliennya yang merupakan seorang artis.
Frank Farmer, yang diperankan oleh Kevin Costner, adalah seorang mantan secret service yang “hijrah” menjadi seorang bodyguard seorang artis yang sedang booming saat itu, Rachel Marron. Marron, yang diperankan oleh Whitney Houston, adalah seorang penyanyi sekaligus aktris yang sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya sedang dalam sebuah ancaman.
Awalnya, kehadiran Farmer menjadi sebuah penghalang bagi Marron. Ia merasa tak bebas dan cukup mengalami sedikit konflik dengan Farmer. Namun, setelah adanya beberapa insiden dan juga teror langsung yang diterimanya, Marron sadar bahwa Ia membutuhkan Farmer.
Film yang disutradarai oleh Mick Jackson terkesan terlalu panjang, sekitar 129 menit. Selain panjang, Jackson cukup kurang memainkan emosi penonton, serta terdiri dari beberapa adegan di bagian depan yang menurut saya hanya memperpanjang durasi tanpa mendalamkan kisah. Film ini dikarang oleh Lawrence Kasdan, yang juga kemudian memproduksi Broadway versi musikal film ini.
Kehadiran Costner dalam film ini, merupakan salah satu ‘magnet’ buat film ini. Apalagi ditambah kehadiran Whitney Houston yang memang sedang berada di dalam masa-masa emasnya. Sayangnya, keduanya tampil di bawah ekspektasi saya. Menurut saya, penokohan pada Marron dan Farmer dibuat tidak terlalu menarik. Keduanya yang sebetulnya saling tertarik, tidak bisa memperlihatkan hal tersebut, dan terlalu cepat untuk merubah suasana menjadi sebaliknya. Saya tidak tahu salah siapa, apakah salah pemeran, atau memang disengaja oleh sang pembuat naskah. Alhasil, Houston dan Costner tidak memperlihatkan sebuah chemistry yang diharapkan.
Apa yang akan membuat orang teringat dengan film ini? Selain unsur Houston, mungkin adalah soundtrack-nya. Whitney Houston cukup sukses untuk me-remake lagu Dolly Parton yang berjudul “I Will Always Love You.” Selain itu, hits seperti “I Have Nothing” yang merupakan karangan David Foster dan Linda Thompson adalah salah satu track yang menurut saya tidak bisa dipisahkan dengan film ini. Juga ada beberapa track lain seperti “Run to You”, “Jesus Loves Me”, “Queen of the Night”, “I’m Every Woman”, dan lainnya. Tidak heran, dua lagu dalam film ini meraih nominasi Best Music Original Song Academy Awards 1993.
Sepanjang film ini ada satu adegan yang menurut saya cukup menarik, yaitu pada saat Marron memutuskan untuk memberhentikan pesawat, kemudian turun dari pesawat, lalu memeluk dan mencium farmer. Adegan ini dilatari dengan refrain “I Will Always Love You”, ditambah pengambilan adegan yang berputar 360 derajat. Dramatisasi yang sempurna untuk sebuah ending.
Yang menarik, selama menyaksikan film terdapat sebuah kemiripan tempat yang saya ingat dari film “The Godfather”. Bila anda menyadari, rumah yang terletak di Beverly Hills yang digunakan sebagai rumah Marron adalah rumah yang juga digunakan dari film “The Godfather” sebagai rumah produser saat adegan “The Horse in the Head.”
Walaupun pada akhirnya film ini sempat masuk ke dalam beberapa nominasi razzie award, menurut saya film ini masih termasuk ke dalam kategori film yang dapat dinikmati. Bila tidak terlalu buruk, pertanyaan selanjutnya, apakah direkomendasikan? Jujur saja, sebagai sebuah film yang menghibur mungkin saja, tetapi ini akan sangat direkomendasikan bila anda ingin mengenang peran terbaik mendiang Whitney Houston.