“Maybe I Do” adalah film yang menceritakan tentang Michelle (Emma Roberts) dan kekasihnya, Allen (Luke Bracey), yang ingin meningkatkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Sebagai langkah awal dari kelanjutan hubungan tersebut, mereka memutuskan untuk mempertemukan orang tua mereka dalam sebuah acara makan malam kasual.
Tak disangka, ternyata orang tua mereka sudah saling kenal, bahkan lebih dari sekedar kenal. Malam pertemuan yang seharusnya membicarakan tentang pernikahan Michelle dan Allen akhirnya menjadi malam penuh kejujuran yang sarat akan makna dari sebuah cinta dan pernikahan.
Film ini merupakan debut film panjang Michael Jacobs yang sempat mendapatkan nominasi dalam ajang penghargaan Academy Awards 1994 dalam kategori Best Picture saat memproduseri film “Quiz Show.” Menurut saya, penulisan skenario “Maybe I Do” terasa begitu teatrikal. Penuh dengan dialog dan hanya berlatar di beberapa setting tempat saja. Meskipun terasa sederhana, tetapi setiap obrolannya cukup ‘dalam’ dan relevan, terlebih dengan perbedaan setiap karakter yang memiliki pandangan berbeda tentang cinta dan pernikahan.
Film yang mengandalkan dialog tentunya akan menjadi lebih gurih dengan performa cast yang mumpuni. Keberadaan ini terlihat dari Emma Roberts dan Luke Bracey yang dipertemukan kembali sebagai pasangan setelah “Holidate.” Tidak itu saja, yang menarik perhatian saya adalah performa para senior dalam film ini yang hadir dengan sangat meyakinkan, lewat performa komedi mereka yang natural.
Membahas karakter yang diperankan para senior disini, dari karakter orang tua Michelle, Howard (Richard Gere) adalah sosok ayah yang menyenangkan tetapi memiliki masalah dengan komitmen dan Grace (Diane Keaton) adalah sosok ibu yang selalu khawatir, bijak dan sangat berkomitmen. Sedangkan orang tua Allen, Sam (William H. Macy) adalah tipikal bapak-bapak loveable yang hangat dan manis tetapi selalu beradu mulut dengan istrinya Monica (Susan Sarandon) yang umurnya lebih muda dari Sam. Sosok ibu-ibu fashionable yang tak pernah menyaring apapun yang keluar dari mulutnya.
Bicara sisi konflik dalam ceritanya, perbedaan keinginan antar kedua karakter utamanya tergambarkan dengan seimbang. Michelle menginginkan pernikahan, sementara Allen belum begitu siap untuk melangkah ke arah sana. Pada sisi penokohan, kedalaman dari setiap karakter cukup tergali dari beberapa interaksi dengan karakter lain. Built-up para karakternya juga cukup baik. Sayangnya, saya harus menunggu hingga paruh akhir film untuk sampai dimana konflik utamanya terjadi. Hal tersebut jujur saja membuat saya kurang merasa puas dengan klimaksnya.
“Maybe I Do” mungkin terasa begitu sederhana jika melihat dari sinopsis dan trailernya. Tetapi saya suka bagaimana pandangan akan sebuah pernikahan menjadi topik utama yang dikemas dengan dalam bentuk romcom yang menghibur dengan jajaran cast yang menarik.