Kadangkala sebuah imajinasi akan kehidupan fairy tale hanyalah sebuah omong kosong belaka bagi orang dewasa. Berbeda dengan film ini, “Pan’s Labyrinth” menjelaskan kehidupan dunia fantasi ini dalam bentuk yang berbeda. Tidak seperti menyaksikan film-film fantasi lainnya, salah satu official selection dalam Cannes Festival ini memberikan sebuah penggambaran akan dunia imajinasi yang gelap, penuh misteri, dan menyeramkan.
Sutradara sekaligus penulis cerita ini, Guillermo del Toro, menyajikan sebuah film yang dikemas dengan sangat baik. Penyajian visual, setting cerita, hingga score film ini dibuat dengan begitu mengesankan. Tidak hanya akan membuat penonton menjerit, tetapi juga akan membuat penonton merasa sedikit mual.
Film ini memang tidak cocok bagi Anda yang jijik. Tetapi Saya melihat dari sisi penggambaran detil yang coba dijelaskan Guillermo. Ia tidak hanya menggambarkan setiap aspek dengan detil, walaupun kadangkala penonton harus cukup bersabar dengan beberapa disturbing picture yang hadir, tetapi akan membuat penonton tegang dengan alur cerita yang dibalut dengan musik yang menegangkan.
Film ini mengambil tema sesudah masa perang sipil di Mexico, atas penjajahan Spanyol. Ofelia, yang diperankan oleh Ivana Baquero, adalah seorang anak kecil yang menyukai buku. Berbagai macam kisah dongeng dibaca, dan seperti anak-anak lainnya, Ia percaya akan hal tersebut. Carmen, ibunya, yang diperankan oleh Ariadna Gil, adalah seorang janda dari seorang penjahit. Ia tengah hamil tua, yang merupakan calon anak dari seorang kapten yang bernama Vidal, yang diperankan oleh Sergi López. Berhubung dengan kondisinya yang sebentar lagi akan melahirkan, Carmen mengajak Ofelia untuk tinggal di rumah Vidal.
Sesampai di rumah Vidal, mereka bertemu dengan seorang asisten rumah tangga yang bernama Mercedes, yang diperankan oleh Maribel Verdú. Tidak hanya Mercedes, tetapi juga seorang dokter Ferreiro, yang diperankan oleh Alex Angulo. Tinggal di rumah tersebut, Ibu Ofelia malah menjadi semakin parah. Ia terpaksa harus duduk di kursi roda, dan hanya beristirahat di kamarnya sepanjang hari.
Berbeda dengan Ofelia, sejak kedatangannya di hari pertama, Ia didatangi oleh sebuah sosok yang kemudian menjadi seperti peri. Kehadiran peri ini memang hanya dipercayai Ofelia saja, yang kemudian membawanya untuk masuk ke dalam sebuah labirin yang ada di samping rumah tersebut. Disana Ia bertemu dengan seekor Faun, yang ternyata pemilik dari peri tersebut. Ia mengatakan bahwa Ofelia adalah seorang putri yang bernama Moanna. Sebagai bukti, tanda lahir berbentuk bulan ada pundak kiri Ofelia. Faun memberikan Ofelia tiga tugas untuknya, demi membuka portal agar kembali menjadi seorang putri. Ia diberikan sebuah buku yang hanya bisa dilihatnya saat sedang menyendiri.
Ofelia akhirnya cukup percaya dengan hal-hal ini. Ia melakukan misi pertamanya, yaitu untuk mendapatkan sebuah kunci. Petualangan Ofelia di hutan ternyata memberitahunya sesuatu hal. Mercedes, ternyata adalah seorang penolong bagi pihak pemberontak yang tinggal di hutan selama ini. Mercedes memang seorang yang sangat baik bagi Ofelia, dan mereka berdua menjadi kedua sosok yang saling menyimpan rahasia satu sama lain.
Mercedes dengan kemampuan yang dimilikinya, berusaha untuk mencuri bahan-bahan makanan dari gudang untuk diberikan kepada para pemberontak. Tidak hanya dirinya, Dokter Ferreira juga ikut menolong bila ada pasukan pemberontak yang terluka. Ya, mereka menjadi pengkhianat bagi Kapten demi daerah mereka. Perang memang sudah berakhir, dan mereka tetap menuntut sebuah kemerdekaan.
Memulai tugas kedua cukup sulit. Ia harus membuka sesuatu dengan kunci yang telah dimilikinya. Namun, untuk membuka sesuatu itu, Ia harus melewati sebuah tantangan. Dengan dibekali dengan sebuah kapur yang bisa membuat pintu, tiga peri serta jam pasir, Ia harus melewati tantangan tersebut tanpa memakan, meminum ataupun terlambat dari waktu yang ditentukan.
Film yang berdurasi hampir dua jam ini sungguh sangat memukau pada akhirnya. Walaupun sempat kesal dengan cerita yang cukup tragis dan akan berakhir dengan tidak menyenangkan, ternyata berakhir dengan cukup baik. Film ini memberikan sesuatu yang diluar ekspektasi saya. Saya tidak menyangka pada akhirnya, “Pan’s Labyrinth” bukanlah sebuah film yang tepat untuk anak-anak. Film ini adalah sebuah film fantasi yang sepertinya khusus dibuat untuk orang dewasa, dengan beberapa adegan yang cukup tidak bersahabat.
Selain Ivana Baquero, pemeran Ofelia, sosok Maribel Verdú sebagai Mercedes cukup memegang peranan yang besar di dalam film ini. Memang Mercedes digambarkan sebagai sosok yang cukup misterius, namun Verdú akan memberikan sebuah penampilan yang akan membuat penonton berada di pihaknya. Verdú memberikan akting yang lebih memukau dibanding perannya dalam “Y tu Mamá También.”
Penyajian film ini dikemas dengan begitu luar biasa. Pengambilan gambar yang dilakukan Guillermo Navarro, akan membawa penonton takjub. Selain itu, iringan musik Javier Navarette akan membuat Anda tegang dan merinding pada beberapa adegan. Kesan horror sangat ditampakkan dalam film yang bernuansa fantasi ini.
Penggunaan special effect yang sangat baik juga digambarkan pada beberapa adegan. Tidak cukup sampai disitu, unsur make up dalam film ini baik. Terlihat dari bagaimana mereka menggambarkan sosok Faun yang mengerikan, hingga mulut Kapten yang tersobek. Setting yang didesain dengan perpaduan dunia fantasi dan hutan yang mencekam, digambarkan dengan sangat baik.
Film ini memang cukup sukses dalam ajang Academy Award. Film ini mendapatkan enam nominasi, diantaranya Best Original Screenplay, Best Cinematography, Best Art Direction, Best Make Up, Best Original Score, dan Best Foreign Language Film. Film ini cukup mendapat perhatian pada tahun tersebut, dan berhasil menyabet tiga piala Oscar, untuk Art Direction, Cinematography, dan Make Up.
“Pan’s Labyrinth” tidak hanya patut mendapatkan dua acungan jempol. Film ini dengan gayanya menghadirkan suatu black fantasy yang tidak hanya akan meneror, mencekam, dan mengerikan, tetapi juga akan memukau penontonnya. Sebuah karya yang sangat dari Guillermo del Toro ini hanya patut ditonton kaum dewasa, dan cukup menghibur dengan keindahan imajinasi yang ditampilkan. Pada akhinrnya, seperti kesimpulan dan tagline dari film ini, “Innocence has a power evil cannot imagine.” One of the best fantasy movies!