“The Billionaire” adalah film Thailand yang diinspirasi dari sebuah kisah nyata seorang pengusaha muda bernama Top yang cukup berhasil mengembangkan bisnis snack rumput laut “Tao Kae Noi.” Tao Kae Noi memiliki sebuah arti tersendiri, yaitu “pengusaha muda.” Nama dari snack yang cukup pasaran di Indonesia ini, menggambarkan sosok dari sang pendiri sekaligus pembuat snack ini.
Di bagian awal film, penonton akan merasakan sebuah sensasi komedi yang cukup banyak. Top, yang diperankan oleh Pachara Chirathivat, masih duduk di bangku SMA dan sangat menggemari game online. Suatu hari, Ia melakukan sebuah transaksi jual-beli equipment di dalam game tersebut. Tanpa disangkanya, hasil berjualan equip tersebut berbuah manis. Ia mampu membeli beberapa komputer untuknya, ditambah sebuah mobil. Sayangnya, setelah merasakan jumlah uang dalam jumlah yang banyak, akun game online-nya ditutup dan Ia belum berhenti.
Merasa sudah bisa menghasilkan uang, Top langsung berpikir untuk berusaha mengembangkan bisnis. Ia sering menghiraukan upaya orangtuanya untuk terus belajar dan masuk di universitas. Namun, Top yang cukup keras ini malah berpikir untuk berjualan kacang goreng. Dari hasil iseng-iseng melihat sebuah pameran makanan, Ia membeli sebuah alat pembuat kacang goreng yang canggih, seharga 500 ribu Bath. Seakan terkesima melihat mesin tersebut, Ia langsung membelinya tanpa memikirkan resiko.
Ia kemudian masuk ke universitas, dan tetap mengutamakan bisnisnya. Ia dibantu oleh sang Paman, yang setia menjaga counter kacang goreng. Singkatnya, Ia berhasil melakukan riset pasar, dan berhasil membuat produk kacang goreng. Namun, kian lama, ada saja masalah yang menimpa counter kacang goreng itu. Mulai dari sepinya pengunjung, hingga proses perbaikan pada atap mall yang kotor akibat asap mesin penggoreng. Karena kesibukannya tersebut, Ia kemudian meninggalkan kuliahnya dan semakin memfokuskan diri.
Sayang, ketika Ia sedang berusaha untuk mengembangkan bisnis kacang gorengnya, kedua orangtuanya mengajak untuk pindah ke China. Ternyata dibalik alasan kepergian tersebut, Ayah Top memiliki hutang 40 juta Bath. Top yang masih mau berusaha, memutuskan untuk membatalkan keberangkatannya, dan tinggal bersama sang Paman.
Suatu hari, ketika sang pacar menemuinya, Ia membawa sebuah snack rumput laut. Top yang sedang menyetir, lama kelamaan merasa ketagihan dengan snack ini dan berusaha untuk mengembangkan bisnis ini. Akhirnya, bisnis kacang goreng yang hanya menghasilkan masalah ditutupnya, dan diganti dengan membuat snack rumput laut. Darisinilah cikal bakal perjalanan Top dalam memulai Tao Kae Noi.
Pachara Chirathivat, yang berperan sebagai Top dalam film ini, cukup berhasil dalam memainkan emosi penonton lewat karakternya. Sosok yang terkenal dalam film “SuckSeed” ini menghadirkan sosok yang tangguh, tidak malu bertanya, berpikir cepat, dan pantang menyerah. Menyaksikan ini, seperti menyaksikan “The Pursuit of Happyness” versi Asia. Yang membedakannya, Top saat itu masih berusia 19 tahun, dan masih terlalu muda untuk merasakan ganasnya hidup.
Film yang diangkat dari kisah nyata ini sangat membuat saya terkagum-kagum. Awalnya, saya hanya tertawa saja dan sangat menikmati pada bagian awal film. Lama-kelamaan film ini semakin penuh dengan masalah, hingga karakter utama seakan dibanting dan hampir menyerah, namun tetap bertahan. Kalau ditanya mana bagian yang paling favorit, buat saya adalah adegan yang paling akhir, ketika Top mengucapkan maaf kepada Ayahnya lewat telepon dan bilang “Ayah dan Ibu sudah bisa pulang sekarang.”
Menyaksikan permainan emosi film ini hampir serupa dengan “Hello Ghost”, film buatan Korea Selatan. Keduanya memulai dengan beberapa hal komedi, dan harus berakhir menyedihkan, walaupun yang ditawarkan sebetulnya film ini adalah kisah sedih yang berujung kesuksesan. Juga, banyak sekali pelajaran hebat yang dapat diambil lewat film ini. Sosok karakter Top yang tidak malu mencoba, dan terus berusaha memperbaiki kekurangannya serta mampu bertahan dari segala rintangan yang ada.
Tontonan Thailand ini merupakan sebuah pilihan film yang tepat bagi para anak muda di Indonesia. Walaupun Top tidak mau kuliah, Ia memiliki daya juang yang cukup tinggi. Bisa bertahan tanpa orangtua, dan hanya dibantu tenaga oleh sang Paman. Kisahnya mampu menjadi sebuah contoh bahwa dengan mengembangkan bisnis sejak dini, asalkan tekun, ulet, pantang menyerah, dan jujur, kita bisa sukses. Akhir kata, ada sebuah kalimat tentang hukum tarik-menarik yang dua kali diulang dalam film ini, “Bila kita berpikir kaya, maka kita akan kaya. Bila kita berpikir kita sukses, maka kita akan sukses.”