Menyaksikan “Harold and Maude”, akan membawa anda untuk menjumpai sebuah kisah yang cukup antik. Kita akan berkenalan dengan sosok Harold, yang diperankan oleh Bud Cort. Harold adalah seorang anak yang kaya raya, yang hidup dengan Ibunya, dan sangat terobsesi dengan kematian. Harold senang melakukan berbagai macam tindakan bunuh diri, termasuk gantung diri yang diperlihatkan di awal film, di depan Ibunya yang selalu sibuk dan sudah cukup terbiasa dengan tingkah lakunya.
Sang Ibu yang bernama Mrs. Chasen, yang diperankan oleh Vivian Pickles, menyaksikan aksi bunuh diri sang anak sudah seperti santapan sehari-hari. Mrs. Chasen yang terlalu mengatur akhirnya memutuskan bahwa Harold harus menikah, agar Ia dapat merubah tingkah lakunya itu. Ia pun mengorganisir pertemuan dan mendaftarkan Harold ke sebuah dating online yang semua formulirnya diisi oleh sang Ibu.
Melihat pertunjukan gantung diri di bagian awal film, ternyata akan menjadi pertanda bahwa penonton akan menyaksikan hal-hal yang sejenis sampai di akhir film. Harold mempertunjukan berbagai macam jenis, mulai dari menembak kepalanya sendiri, hara-kiri, membakar diri, hingga aksi bunuh diri dalam kamar mandi yang penuh dengan darah. Ajaibnya, Harold tetap hidup dan terihat normal di sepanjang film.
Selain mengorganisir kencan buta Harold, Mrs. Chasen juga mengatur Harold untuk bertemu dengan seorang psikiater secara rutin, dan juga bertemu dengan pamannya Victor, yang diperankan oleh Charles Tyner. Victor adalah seorang jenderal yang juga merupakan bekas tangan kanan Jenderal MacDouglas di masa perang dunia kedua. Ia juga kehilangan tangan kanannya. Harold disuruh sang Ibu untuk menjumpai pamannya agar mau masuk ke dalam dunia militer. Namun, untuk urusan jodoh dan karirnya menurutnya adalah keputusan yang perlu diambilnya sendiri, bukan diatur sang Ibu,
Yang menarik, Harold memiliki sebuah hobi yang cukup langka. Ia senang mengunjungi acara pemakaman. Ia selalu hadir pada setiap acara pemakaman, dan layaknya seperti kenalan sosok yang meninggal. Suatu ketika, Ia bertemu dengan sosok Maude. Maude, yang diperankan oleh Ruth Gordon, adalah seorang nenek berusia 79 tahun yang juga memiliki hobi yang sama dengan Harold. Uniknya, sesuai acara tersebut, berkat sekumpulan kunci master yang dimilikinya, dengan santainya Ia akan mengambil salah satu mobil di area pemakaman untuk dibawanya pulang.
Bertemu dengan sosok Maude yang enerjik, serta cukup bebas seperti burung, ternyata memikat Harold. Mereka berdua akhinya menjadi teman yang cukup dekat. Maude yang sebentar lagi berusia 80 tahun, mengajak Harold untuk memperkenalkan berbagai jenis hal baru yang belum pernah dijumpainya. Menariknya, ketika Harold menceritakan bagaimana Ia terobsesi dengan kematian, dan Maude merespons dengan ucapan “A lot of people enjoy being dead. But they are not dead, really. They’re just backing away from life. Reach out. Take a chance. Get hurt even. But play as well as you can. Go team, go! Give me an L. Give me an I. Give me an V. Give me an E, L-I-V-E! Otherwise, you got nothing to talk about in the locker room.”
Kehadiran Maude dalam kehidupan Harold ternyata menjadi seorang panutan dan pelengkap baginya. Hingga suatu ketika Harold berani membuat sebuah keputusan dalam hidupnya, untuk menikahi Maude yang sangat jauh lebih tua darinya.
Menyaksikan sebuah American Cult dari era 1970-an buatan Hal Ashby, membuat saya cukup terpukau. Film ini memang tidak memiliki suasana yang akan mengaduk campur, tetapi karena kisahnya yang cukup tak lazim membuat Saya tetap fokus dengan ceritanya. Ashby menyajikan sebuah tontonan yang terbilang berbeda, serta lewat sentuhan dark comedy-nya pada setiap suicide scene yang diperlihatkan karakter Harold.
Menariknya, sepanjang film ini akan dilatari oleh lagu-lagu yang dikarang dan dinyanyikan oleh Cat Stevens. Mulai dari track “Don’t be Shy”, “If You Want to Sing Out, Sing Out”, hingga “Where Do the Children Play”, cukup menyatu dengan film dan menghilangkan rasa jenuh menyaksikan film drama komedi ini.
Film yang dibuat oleh Ashby ini memang tidak akan membuat penonton bosan selama 90 menit. Ashby menyertakan berbagai macam kejutan-kejutan serta hal-hal yang dianggap cukup tidak biasa pada orang awam yang hidup dalam diri Maude. Saya cukup terkejut ketika adegan Maude melempar sebuah hadiah yang diberikan Harold saat Ia menyatakan cintanya. Mungkin penonton akan bermaksud seperti Harold yang cukup kaget dan bertanya-tanya mengapa dibuang. Maude akan bilang, “So I’ll always know where it is.”
Sosok Harold yang cukup dingin dan selalu terlihat pucat, diperankan Bud Cort dengan cukup menarik. Menurut saya, salah satu memorable scene dalam film ini adalah ketika Harold menatap dalam ke arah penonton dengan tatapan senang namun sangat menyeramkan. Lain halnya dengan Ruth Gordon. Gordon kembali hadir sebagai sosok yang sensasional, lincah, dan overrated sebagai Maude. Gordon mungkin adalah Betty White versi lampau, yang akan tetap dikenang lewat peran-perannya seperti di dalam film ini ataupun “Rosemary’s Baby.” Yang membuat saya cukup tidak menyangka adalah saat Maude menceritakan kisah masa lalunya, hingga menangis, dan semenit kemudian sambil menangis Ia mampu kembali ceria dan tertawa-tawa. Sebuah penghayatan yang cukup sulit untuk memainkan 2 emosi bersamaan pada Maude.
Tepatkah film ini dibilang sebagai sebuah film cinta? Bisa saja, sebab cinta tidak mengenal umur. Percintaan lelaki muda dengan seorang nenek di dalam film ini adalah sebuah tontonan aneh tetapi menjadi menarik. Maude telah berubah menjadi sebuah obat bagi Harold untuk keluar dari dunia ketidakwarasannya. Kata Maude, “Harold, everyone has the right to make an ass out of themselves. You just can’t let the world judge you too much.” Film ini mengemas kisah cinta yang antik dengan cukup menarik, banyak memorable scenes, kualitas akting kedua pemain utama yang cukup mengesankan, serta dilatari dengan musik Cat Stevens yang menambah hidupnya alur cerita.