Berawal dari mengetahui kalau “The Child” pemenang Palme D’Or, saya dan beberapa teman saya menyaksikan film ini. Ternyata, “L’ enfant” berhasil membawa saya ke dalam kegemasan, dari sosok Bruno, karakter utama film ini.
Sonia, diperankan oleh Déborah François, membawa bayinya ke apartemen sang kekasih. Sesampai disana, Ia tidak bertemu dengan Bruno. Ia pun menghampiri tempat Bruno sering berkeliaran. Ternyata, di tengah persipangan jalan, Ia bertemu ayah dari bayi tersebut, yang diperankan oleh Jérémie Renier.
Awalnya, Sonia hanya ingin menunjukkan pada Bruno wajah buah hati mereka. Sayang, tak sedikit pria berusia 20 tahun itu menoleh anaknya. Menciumnya pun tidak. Sonia berniat menemui kekasihnya itu untuk mengurus akte lahir anak pertamanya ini. Walaupun pada kenyataannya, Bruno hanyalah seorang preman dengan pendapatan hasil kejahatannya. Tidak pernah disangka, Bruno punya rencana sendiri dengan bayi tersebut.
Film ini ditulis dan disutradarai oleh Dardenne bersaudara, sekaligus memenangkan mereka Palme D’Or kedua mereka setelah “Rosetta.” Di film ini keduanya menghadirkan sebuah cerita minimalistik yang akan menggugah penonton. Bagaimana tidak? Penonton akan menyaksikan karakter Bruno yang tanpa beban mencoba menghalalkan segalanya demi uang, termasuk bayinya. Hingga pada akhirnya Ia menyadari perilakunya, dan serentetan hal yang akan menimpanya.
Sebetulnya, Jérémie Renier menghadirkan penampilan yang biasa. Tetapi, karakternya itu berhasil digarap se-menyebalkan mungkin. Saya masih mengingat bagaimana perasaan Sonia ketika mengetahui jika bayinya dijual, dan nalar logika Bruno yang kemudian berkata, “Let’s make another!” WTF!
Yang saya sukai disini malah karakter Sonia. Biar cuma jadi pendukung, tetapi saya menyukai bagaimana karakternya berani untuk bertindak, sesuai dengan ekspektasi saya. Cuma saja, saya masih habis tidak pikir dengan Bruno yang mungkin memang tidak-tahu-malu.
Drama sederhana ini memang akan memainkan emosi penonton. Penonton akan merasa gemas, ikut bersimpati, namun kadang juga akan seperti saya yang merasa kadang-kadang tidak jelas dengan aksi Bruno dan Sonia. Keduanya yang sok couple-an akan sedikit membuat penonton merasa seperti menyaksikan sepasang couple cabe-cabean. Hehehe…
Secara keseluruhan, “L’ enfant” bukan sesuatu yang menarik buat saya. Film yang masuk ke dalam daftar ke 14 sebagai “Best Film of the 21st Century So Far” dari The New York Times ini memang punya karakterisasi dan observasi yang menarik. Cuma, saya kurang menyukai nalar karakternya, yang memberikan saya tentang kesimpulan baru akan isu moral yang terjadi di Belgia.