Perlukah menyakiti yang lain demi sebuah pengakuan? “Thread of Lies” menyajikan kisah melodrama bercampur misteri dari sebuah kematian seorang siswa 14 tahun yang bernama Cheon-Ji. Kematian Cheon-Ji, disinyalir karena situasi teman-teman sejawatnya yang sering mempermainkan perasaannya.
Cheon-Ji, yang diperankan oleh Kim Hyang-Gi, adalah seorang bungsu dari sebuah keluarga kecil. Ia hidup bersama sang Ibu dan saudari tertuanya, Hyun-Sook dan Min-Ji, yang diperankan oleh Kim Hee-Ae dan Ko Ah-Sung. Kehidupan tanpa suami, membuat Hyun-Sook harus berjuang keras demi keluarga kecilnya. Ia mencari nafkah dengan menjadi sales promotion produk tofu di sebuah supermarket.
Di suatu pagi, ketika ketiganya baru saja memulai hari yang baru dan sedang asik sarapan pagi, Cheon-Ji melakukan sebuah permohonan kepada sang Ibu. Ia ingin dibelikan sebuah MP3 Player karena tinggal dirinya yang belum memiliki barang tersebut. Hyun-Sook cukup kaget dengan kelakuan putri keduanya itu yang hampir tidak pernah mengeluh ataupun meminta barang. Pada hari itu juga, ketika Hyun-Sook sedang mencari MP3 Player untuk Cheon-Ji, disaat yang sama Cheon-Ji memutuskan untuk bunuh diri.
Kematian Cheon-Ji memberikan banyak kejanggalan bagi keduanya. Tidak ada surat perpisahan ataupun catatan. Hyun-Sook memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen yang lebih dekat dengan tempat tinggal sahabat Cheon-Ji, Hwa-yeon, yang diperankan Kim Yoo-Jeong. Di saat yang bersamaan Min-Ji berusaha mengusut misteri kematian Cheon-Ji dengan caranya sendiri.
Berbicara mengenai kisahnya yang dikemas bersifat naratif nonlinear, Lee Han, sutradara film ini, mengusung tema bullying pada kehidupan anak remaja dengan cukup berani. Perjalanan kehidupan Cheon-Ji sebelum dan pasca kematiannya, menjadi kedua hal menarik. Penonton akan melalui kisah kehidupannya melalui cerita dari karakter-karakter yang terlibat; dan pasca-nya melalui bagaimana struggling yang dihadapi Hyuk-Sook dan Min-Ji. Sayangnya, di bagian tengah film ini saya cukup merasa bosan karena terasa “kurang bernyawa” sebelum akhirnya di menit 71 menjadi semakin menarik.
Mengenai akting para pemainnya, dari Cheon-Ji, Min-Ji, maupun Hyun-Sook, ditampilkan Kim Hyang-Gi, Ko Ah-Sung, dan Kim Hee-Ae dengan sangat meyakinkan. Kim Hyang-Gi, yang juga sempat tampil mengharukan di “Wedding Dress” dan “A Werewolf Boy” kembali hadir sebagai karakter kunci film ini. Cheon-Ji yang selalu melakukan hal-hal yang dibencinya demi kesenangan orang lain menjadi sebuah alasan mengapa Cheon-Ji patut untuk disayangkan.
One of my favourite character in here is Min-Ji. Why? Ah-Sung really catch the emotions, I love the way she handle her angry for something that she regrets. Ah-Sung yang sempat tampil di “Snowpiercer” benar-benar menunjukkan kedinginan karakternya disertai dengan ekspresinya yang menurut saya cukup sinematik. Terakhir, karakter Hyun-Sook yang diperankan Hee-Ae, merupakan sebuah comeback yang gemilang, setelah kehadirannya terakhir di layar lebar melalui “The 101st Proposition” di 1993 silam. Hee-Ae berhasil menghadirkan karakter Ibu yang penuh duka, tangguh, dan menyentuh. Saya cukup tidak menyangka dengan strategi Hyun-Sook yang memberikan kejutan di pertengahan film.
Love them before it’s too late… Mungkin ini satu pesan yang tersirat dari film ini. Penyesalan Min-Ji maupun Hyun-Sook mungkin sudah terlambat karena kematian Cheon-Ji. Tontonan ini merupakan film bertema bullying terbaik yang pernah saya tonton. How to stop it? Treat everyone with respect.