Terinspirasi dari sebuah kisah nyata dari seorang mantan presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun, “The Attorney” hadir sebagai courtroom drama yang me-reka ulang kembali kisah “Peristiwa Burim” di tahun 1981.
Karakter film ini terpusat pada pengacara asal Busan yang bernama Song Woo-Suk. Woo-Suk, yang diperankan oleh Song Kang-Ho, adalah seseorang pengacara yang berani tampil malu untuk menawarkan jasanya. Tidak seperti pengacara lain yang terkesan jual mahal, Woo-Suk hadir layaknya seorang salesman yang memberikan kartu namanya hampir ke seluruh orang yang ditemuinya. Ia juga memutuskan untuk menjadi pengacara yang khusus untuk mengurus perizinan bangunan, yang kala itu jarang diambil oleh rekan sekerjanya. Alhasil, Woo-Suk berhasil memindahkan keluarganya ke tempat tinggal yang lebih baik.
Kisah dimulai ketika Woo-Suk berani untuk membela anak seorang pemilik rumah makan langganannya yang bernama Park Jin-Woo. Jin-Woo, yang diperankan oleh Siwan, diculik ketika Ia sedang melakukan kegiatan klub buku bersama rekan-rekannya. Hilangnya Siwan membuat sang Ibu, Choi Soon-Ae, yang diperankan Kim Young-Ae, menutup tokonya dan mencari putra tunggalnya selama dua bulan lebih. Mendengar hal tersebut, Woo-Suk yang sebetulnya merupakan pelanggan rumah makan Young-Ae, berniat membalas budi kebaikan dengan membela Jin-Woo.
Film terbaik dalam ajang Baeksang Arts Awards dan Blue Film Awards tahun 2014 ini, punya cerita yang lumayan berbobot namun dikemas cukup rumit. Babak pertama film ini dikisahkan mengenai bagaimana Woo-Suk berhasil menjadi pengacara sukses, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana peran Woo-Suk untuk membela Jin-Woo.
Bagian yang paling menarik buat saya sepanjang film ini adalah saat Woo-Suk memperlihatkan kepiawaiannya untuk membela Jin-Woo. Fase awal ceritanya yang agak pelan memang menggambarkan kalau Woo-Suk bukanlah seseorang yang sempurna, akan tetapi kenekatannya untuk melawan kejahatan militer kala itu yang jadi momen seru di film ini. Song Kang-Ho menghadirkan karakter yang pelan-pelan mulai bersinar, dan meyakinkan luar biasa dengan pembelaannya yang cukup memberi inspirasi.
Karakter Woo-Suk tidak berbicara mengenai siapa yang komunis seperti para pihak militer, tetapi Ia berusaha membela para pihak tidak berdosa yang dijadikan sebagai korban tuduhan. Ketidakmampuan mereka tidak harus dijadikan sebuah alasan bahwa mereka dapat dituduh dan dijadikan sebagai alat untuk tujuan-tujuan lain.
Selain Kang-Ho, Siwan yang juga personil boyband ZE:A tampil cukup menjajikan, untuk menampilkan berbagai macam siksaan yang diterimanya. Juga, karakter Ibu Jin-Woo yang diperankan aktris senior Young-Ae. Young-Ae yang kali ini hadir sebagai karakter pendukung protagonis, memikat dengan kisah perjuangan mencari sang anak yang entah kemana dan ketegarannya. Tidak ketinggalan, Kwak Do-Kwon yang berperan sebagai tokoh antagonis Cha Dong-Young hadir sangat meyakinkan, yang akan cukup mengesalkan penonton lewat tingkah lakunya.
Yang Woo-Seok, sutradara film ini, cukup baik dalam mengemas kisah yang terinspirasi dari kisah nyata ini. Ia mengubah semua identitas dengan membuat sebuah versi baru yang berisi tokoh-tokoh fiktif, termasuk tokoh utamanya. Walaupun terkesan agak berdurasi cukup panjang, akan tetapi maksud dari ceritanya cukup tersampaikan dengan baik.
Dramatisasi ini merupakan awal cerita keterlibatan Roh Moo-Hyun sebelum masuk ke dunia politik. Pembelaan yang dilakukannya ternyata mengubah cara pandangnya tentang peran seorang pengacara yang harus mendukung hak asasi manusia, sebelum akhirnya menjadi Presiden Korea Selatan yang kesembilan.