Saat baru menyaksikan opening “Killers“, saya cukup mengira bahwa film ini merupakan sebuah film action. Tetapi saat sudah masuk ke dalam ceritanya, kita akan menyadari bahwa sebetulnya film ini merupakan perpaduan dari action, comedy, dan romance.
Tokoh utama dalam film ini adalah sepasang kekasih yang bernama Spencer dan Jen. Pertemuan mereka di Nice, Perancis, menjadikan keduanya sebagai momen terbaik sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Jen, yang diperankan oleh Katherine Heigl, adalah putri tunggal yang sangat diperhatikan oleh Ayahnya, Mr Kornfeldt, yang diperankan oleh Tom Selleck. Sebagai putri tunggal, membuat Jen menghabiskan masa liburan bersama orangtuanya. Berbeda halnya dengan Spencer. Spencer, yang diperankan oleh Ashton Kutcher, ternyata adalah seorang pembunuh professional. Dengan bertemu Jen, Ia memutuskan untuk berhenti dari profesinya.
Yang menarik disini, adalah ketika saat Spencer melakukan pengakuan kepada Jen bahwa Ia adalah seorang pembunuh professional. Jen ternyata tidak menyadari yang dikatakan Spencer saat itu, karena Ia sudah terlelap. Sedangkan Spencer menganggap Jen tidak berkomentar dengan pengakuan tersebut dan menerimanya, sehingga membuatnya untuk berani menikahi Jen. Lucunya, ketika mereka sudah menjalani 3 tahun kehidupan perkawinan mereka, Spencer ternyata baru menyadari bahwa Jen sebetulnya sama sekali tidak mendengar pengakuannya.
Kehidupan perkawinan Spencer dan Jen menjadi focus cerita dari film ini. Dimana mereka bertemu dengan orang-orang yang terlihat baik, dan mendapatkan kehidupan normal yang seakan menyenangkan. Tetapi masalah bermula ketika Holbrook, yang diperankan Martin Mull, yang merupakan bos lama Spencer, menghubunginya melalui sebuah pesan. Tetapi yang terjadi adalah Spencer dan Jen mengalami saat-saat dimana keduanya merasa terancam dengan orang-orang yang mereka kenal.
Satu per satu orang-orang di kehidupan mereka berusaha untuk membunuh Spencer, yang dihargai dua puluh juta Dollar. Teror yang tidak berhenti akhirnya membuat Jen untuk mengetahui identitas rahasia sang suami. Dan pada akhirnya, film ini memberikan sebuah ending yang cukup menyenangkan, walau tidak terlalu memuaskan. Karena sebetulnya Mr Kornfeldt dan Spencer ternyata sudah menjadi lawan sejak peristiwa yang terjadi di kota Nice. Mr Kornfeldt menyewa pembunuh-pembunuh untuk membunuh Spencer, yang sebetulnya sudah bertobat dari profesinya. Kesalahpahaman ini pada akhirnya memberikan sebuah happy ending yang cukup menyenangkan.
Saya merasa agak sedikit berbeda ketika menyaksikan Ashton Kutcher memainkan peran yang cukup serius. Kuthcer yang terkenal dengan sensasi komedinya, terkesan lebih serius di dalam film ini, walaupun Ia masih menunjukkan taste humornya pada beberapa adegan. Setidaknya, Kutcher tidak memperlihat adegan nude-nya seperti yang dilakukannya di “Spread” dan “A Lot Like Love”. Sedangkan Heigl, mampu menjadi sosok yang semakin menyenangkan. Setelah “Life as We Know It” dan “27 Dresses”, Heigl terlihat semakin tidak diragukan untuk bermain dalam film-film komedi.
Film yang disutradarai oleh Robert Luketic, memberikan sebuah alur cerita yang cukup menyenangkan dan menghibur. Penonton akan dengan mudah untuk mengikuti kisah ceritanya yang tidak ribet. Setidaknya film ini cukup memuaskan untuk memadukan action dengan komedi. Iringin music film ini juga terkesan lumayan, dan cukup menyatu dengan beberapa adegan perkelahian. Setting kota kecil yang digunakan film ini, juga terkesan lumayan.
Pada akhirnya, penonton akan menyadari bahwa “The Killers” adalah sebuah kisah action yang konyol. Jujur, saya merasa sangat terhibur dengan Kutcher dan Heigl dalam film ini. Cukup tidak menyangka kalau ternyata film ini lebih terpaku dengan romance dan komedinya. Walaupun akhirnya saya merasa kalau film ini sebetulnya tidak terlalu bagus karena kekonyolannya, tetapi setidaknya memberikan sebuah tontonan yang amat sangat menghibur.