“2001: A Space Odyssey” adalah salah satu karya Stanley Kubrick yang mungkin akan paling diingat selain “A Clockwork Orange.” Film yang berdurasi selama 160 menit ini akan membawa penonton untuk masuk ke dalam sebuah perspektif baru: dunia masa depan dan luar angkasa ala Kubrick. Mengapa ala Kubrick? Yup, jelas sekali ketika Stanley Kubrick harus menayangkan sesuatu yang terkesan futuristik, diluar masanya.

Secara garis besar, film ini terdiri dari dari beberapa bagian. Segmen pertama diberi judul “The Dawn of Man,” yaitu cerita sepanjang 26 menit tanpat dialog manusia yang mengisahkan mengenai kelompok  kera. Pada bagian ini, penonton hanya menyaksikan belasan kera yang hidup dalam kelompok, mulai dari bagaimana mereka mencoba bertahan dari serangan predator hingga bagaimana mereka mampu menemukan senjata untuk mengalahkan kelompok yang  lainnya.

2001: a space odyssey
Courtesy Metro-Goldwyn-Mayer, Stanley Kubrick Productions © 1968

Segmen selanjutnya adalah di masa depan itu sendiri. Kubrick dengan sangat lambat menggambarkan situasi dari pesawat carrier Pan Am yang membawa Dr. Heywood R. Flyod ke Clavius, sebuah pos terdepan Amerika Serikat di Bulan. Bagian ini merupakan salah satu bagian yang paling menarik ketika Kubrick memperlihatkan bagaimana situasi yang diperlihatkan melewati masanya. Mulai dari kursi penumpang yang dilengkapi dengan layar, pramugari dengan kostum futuristik serba putih, keadaan gravitasi nol, proses identifikasi lewat suara, hingga video call.

Bagian selanjutnya berkisah mengenai pesawat luar angkasa Amerika Serikat yang diberi nama Discovery One untuk melintasi Jupiter. Pesawat tersebut ditumpangi oleh 5 orang awak, diantaranya Dr. David Bowman, Dr. Frank Poole, serta tiga rekan lainnya yang dihibernasi. Mereka berlima ditemani sebuah komputer pengendali, yang disebut HAL 9000.

127-picture3
Courtesy Metro-Goldwyn-Mayer, Stanley Kubrick Productions © 1968

Jujur saya, menyaksikan film Kubrick yang satu ini memang tidak akan pernah cukup bagi saya. Saya cukup mengulang film panjang ini beberapa kali, dan tetap cukup sulit bila harus menyaksikannya dari awal hingga akhir.

Stanley Kubrick tidak menawarkan cerita dalam “2001: A Space Odyssey.” Ia menawarkan sebuah perjalanan tanpa banyak dialog, yang ingin membawa penonton untuk masuk ke dunia imajinasinya. Yang perlu anda garis bawahi dari film ini adalah: film ini buatan tahun 1968, dan dibuat sebelum Neil Armstrong menginjakkan kakinya di bulan. Saya cukup terpana bagaimana “ramalan Kubrick” dalam film ini sudah menjadi kenyataan. Sebut saja layanan video call yang sudah mewabah, ataupun penggunaan tablet multifungsi yang sempat diperlihatkan ketika kru Discovery One yang sedang makan sambil menonton TV dalam bentuk tablet di meja makan mereka.

127-picture6
Courtesy Metro-Goldwyn-Mayer, Stanley Kubrick Productions © 1968

Film ini memberikan banyak pertanyaan buat saya. Banyak hal yang masih mengganjal dan terkesan penuh misteri. Salah satunya adalah black monolith  yang menjadi benang merah dari keseluruhan segmen. Benda ini selalu terlihat di setiap akhir bagian segmen dan masih belum jelas maksud buat saya. Tetapi mengutip ucapan Arthur C. Clarke, yang menulis ceritanya bersama Kubrick, “If you understand ‘2001’ completely, we failed. We wanted to raise far more questions than we answered.”

Film dengan budget sekitar $12 juta ini telah dirilis berulang kali, yaitu pada tahun 1968, 1974, 1977, dan 1980. Pada minggu pertamanya film kurang memuaskan dari segi finansial. Alhasil setelah beberapa kali dirilis, film ini mencatatkan total pendapatan sebesar $190 juta. Film ini juga meraih 1 piala Oscar untuk Best Effects, Special Visual Effects, sekaligus Oscar pertama untuk Kubrick. Sisanya, ada 3 nominasi yang didapatnya: Best Director, Best Original Screenplay, dan Best Art Direction.

127-picture7
Courtesy Metro-Goldwyn-Mayer, Stanley Kubrick Productions © 1968

Bicara tentang Oscar, seringkali saya menemukan judul film ini sebagai salah satu film yang patut meraih nominasi Best Picture. Setelah menyaksikan berulang kali, saya merasa “2001: A Space Odyssey” memang dihadirkan selangkah lebih maju namun mungkin tidak dapat diterima dengan baik oleh orang-orang di masanya, termasuk anggota Academy. Di tahun tersebut, mereka lebih memilih musikal “Oliver!” ataupun “Funny Girl” ataupun drama “Rachel, Rachel”, “Romeo and Juliet” maupun “The Lion in Winter.”

Saya sangat menyukai opening scene yang sangat megah lewat musik klasik Richard Strauss, “Also sprach Zarathustra.” Juga penggunaan “The Blue Danube Waltz” gubahan Johann Strauss dalam mengiringi penggambaran fasilitas pesawat luar angkasa. Sebagai film yang minim dialog, musik sangat berperan penting dalam film ini. Selain musik, Kubrick juga memberikan kesan breathtaking pada beberapa adegan yang disertai dengan suara tarikan napas karakternya saja.  It’s a masterpiece. Dari keseluruhan film yang disutradarai Kubrick, yang satu ini adalah yang terbaik dan yang paling membingunkan buat saya.

2001: A Space Odyssey (1968)
G, 160 menit
Mystery, Sci-Fi
Director: Stanley Kubrick
Writer: Stanley Kubrick, Arthur C. Clarke
Full Cast : Keir Dullea, Gary Lockwood, William Sylvester, Daniel Richter, Leonard Rossiter, Margaret Tyzack, Robert Beatty, Sean Sullivan, Douglas Rain, Frank Miller, Bill Weston, Ed Bishop, Glenn Beck, Alan Gifford, Ann Gillis, Edwina Carroll, Penny Brahms, Heather Downham, Mike Lovell, John Ashley, Jimmy Bell, David Charkham, Simon Davis, Jonathan Daw, Péter Delmár, Terry Duggan, David Fleetwood, Danny Grover, Brian Hawley, David Hines, Tony Jackson, John Jordan, Scott MacKee, Laurence Marchant, Darryl Paes, Joe Refalo, Andy Wallace, Bob Wilyman, Richard Woods

#127 – 2001: A Space Odyssey (1968) was last modified: September 25th, 2022 by Bavner Donaldo