“Killer’s Kiss” merupakan featured film kedua Stanley Kubrick yang berkisah tentang perjalanan seorang petinju yang sedang mengakhiri karier tinjunya. Davey Gordon, yang diperankan oleh Jamie Smith, terlihat sedang menunggu di sebuah stasiun kereta. Sambil menunggu, Davey menceritakan latar belakang peristiwa yang baru saja dialaminya.
Kisah film ini terfokus pada Davey dan bagaimana Ia membangun hubungannya dengan love interest dalam film ini, Gloria Price. Gloria, yang diperankan oleh Irene Kane, adalah tetangga Davey yang berprofesi sebagai taxi dancer. Taxi Dancer adalah sebutan bagi para penari bayaran di ruang dansa. Gloria mengalami sexual harassment dari majikannya, Vincent Rapallo. Vincent, yang diperankan oleh Frank Silvera, selalu berusaha untuk memaksa mencium Gloria.
Hubungan Davey dan Gloria sebetulnya tidak ada apa-apa. Mereka tidak pernah saling menyapa ataupun berinteraksi. Yang terjadi hanyalah Davey yang selalu memperhatikan Gloria dari jendela apartemennya. Suatu ketika, teriakan Gloria membangunkan Davey. Dengan secepat kilat, Davey berusaha untuk melihat kejadian yang sedang terjadi. Ternyata, Gloria sedang dipergoki oleh Vincent yang kembali memaksanya. Alhasil, Vincent pun pergi dan Davey memulai hubungannya dengan Gloria. Mereka berdua kemudian membuat rencana untuk meninggalkan kota.
Terdapat sedikit kesamaan latar belakang karakter protagonis yang coba diangkat Kubrick dalam film ini dengan film pertamanya, “Day of the Fight.” Walaupun versi ini lebih punya kisah, namun beberapa shot-shot diambil dengan cara yang serupa, yang memberikan kesan Kubrick masih berusaha dengan ramuan yang sama.
Sebagai film kedua, film ini memang bukanlah yang terbaik dari Kubrick. Film ini lebih cocok dikatakan sebagai pemanasan untuknya. Tema cerita film noir yang diangkatnya kurang terlalu memikat saya. Penceritaan flashback-nya mengingatkan saya dengan “Lolita”, tetapi masih kurang taring. Dari sisi akting, penampilan ketiga pemeran utamanya, cukup terkesan biasa saja dan begitupun dengan chemistry-nya. Setidaknya, Kubrick masih memperlihatkan shot-shot kontras dan permainan ekspresi yang sering ditampilkannya.