Bulan Mei 2017 lalu, salah satu icon sirkus Amerika, Ringling Bros. and Barnum & Bailey Circus, menyelesaikan aksi mereka menghibur selama 145 tahun. Di penghujung 2017, sebuah drama musikal berjudul “The Greatest Showman,” terinspirasi atas kisah P.T. Barnum, pendiri the Barnum & Bailey Circus.
Rap telah menjadi dunia bagi seorang Coco Ford. Niatnya untuk menjadi seorang rapper dari New York tidak pernah berhenti. Bersama tiga rekannya, mereka mengejar karir bermusik. “Love Beats Rhymes,” yang juga salah satu andalan Lionsgate di tahun ini, mengawinkan rap dan puisi dalam ceritanya.
Ini merupakan sebuah hasil adaptasi dari sebuah musikal klasik berjudul sama tahun 1982 karangan Stephen Sondheim. “Sweeney Todd” versi Tim Burton ini hadir sengan nuansa yang berbeda. Burton menyajikan sebuah tontonan musikal yang sarat dengan black comedy, ditambah visualisasi imajinasinya yang bisa menyulap para penonton.
Sudah sekian lama ditunggu, akhirnya versi live action Disney berhasil rampung di awal tahun 2017. “Beauty and the Beast” merupakan sebuah penyajian adaptasi literatur klasik yang diambil persis dari versi animasi Disney’s tahun 1991. Yang menarik, versi kartunnya merupakan film animasi pertama yang berhasil masuk ke dalam nominasi Best Picture di Academy Awards. Untuk versi […]
Musikal dan Barbra Streisand adalah sebuah kombinasi jitu buat saya. Setelah “Funny Girl” yang berhasil memberikannya sebuah piala Oscar, kali ini Streisand berkolaborasi dengan legenda musikal Gene Kelly untuk diangkat ke layar lebar. Dalam “Hello, Dolly!,” Streisand memerankan karakter seorang mak comblang bernama Dolly Levi.
Bagi seorang Sebastian, “That LA. They worship anything then they value nothing.” “La La Land” merupakan kisah sepasang pengejar mimpi. Yang satu mau menjadi seorang aktris, dan satunya lagi idealis dengan jazz tradisionalnya.
Film yang digaung-gaungkan sebagai karya yang terinspirasi dari klasik Usmar Ismail ini ternyata tidak seindah yang dibayangkan. “Ini Kisah Tiga Dara” punya warna yang berbeda, tidak dapat dipandang sebagai sebuah film keluarga untuk segala usia. Nia Dinata menghadirkan sebuah musikal untuk dewasa yang terkesan terlalu dipaksakan.
Penantian saya selama 9 tahun terakhir akhirnya tercapai sudah. “Tiga Dara”, besutan mendiang Usmar Ismail yang hampir terancam punah ini berhasil direstorasi ke dalam versi 4K, yang artinya kita dapat menyaksikan versi yang dikemas semirip aslinya dulu. Film ini juga dihadirkan secara terbatas di beberapa bioskop, yang kemudian membuat saya membelakan diri menyaksikan di hari […]
Kembali ke tahun 1989, “Rent” mengajak penonton berkenalan dengan sebuah ‘komunitas’ bohemian yang melewati petualangan akan cinta, ketergantungan, kemiskinan, hingga perjuangan untuk bertahan dari virus. Film ini merupakan sebuah adaptasi sebuah musikal dari Broadway di tahun 1996, yang juga meraih Tony Awards untuk kategori Musikal terbaik.
Diangkat ke versi layar lebar, “The Last Five Years” mungkin tidak akan se-menarik yang dibayangkan. Film musikal yang disutradarai Richard LaGravanese, yang juga menyutradarai “P.S. I Love You”, seakan kurang berhasil untuk mengadaptasi teater off-broadway Jason Robert Brown ini.
Film yang dirilis di tahun 1986 ini merupakan versi remake dari sebuah film kelas B Roger Corman di tahun 1960. Awalnya, saya tidak cukup menyangka bila sepanjang film ini memang dikemas sengaja secara musikal, yang sebetulnya berasal dari musikal Alan Menken 4 tahun sebelumnya.
Menyaksikan “Singin in the Rain”, adalah melihat sebuah film musikal yang dikemas secara modern pada era 1950-an. Banyak sekali efek-efek yang ditampilkan. Walaupun sekarang terlihat biasa, namun pada ukuran zaman tersebut, “Singin in the Rain” adalah sesuatu yang fenomenal dan sensasional, walaupun tidak memenangkan sebuah piala Oscar.