Apa yang terjadi ketika manusia kembali mencoba untuk mengembangkan artificial intelligence? “Ex Machina” menjadi film kesekian setelah “2001: A Space Odyssey” ataupun “Avengers: Age of Ultron.” Film yang merupakan debut directorial Alex Garland ini akan membawa penonton ke sebuah kisah interaksi manusia dan robot yang didesain minimalis namun meyakinkan.

Cerita film ini bermula ketika Caleb Smith, seorang programmer muda memenangkan undian untuk bertemu dengan CEO perusahaannya. Merasa beruntung, sosok yang diperankan oleh Domhnall Gleeson ini, akan menghabiskan waktu selama beberapa waktu untuk mengunjungi pusat penelitian Bluebook. Bluebook sendiri adalah tempat Caleb bekerja, yang merupakan search engine terbesar di dunia.

ex machina
Courtesy Universal Pictures International, Film4, DNA Films © 2015

Kedatangan Caleb menuju tempat penelitian perusahaannya terkesan cukup janggal. Helikopter yang membawanya hanya meninggalkannya di padang rumput yang ditutupi dengan indahnya pegunungan. Ia harus berjalan menyusuri sungai sendiri untuk menemukan tempat tujuan ini.

Sesampai disana, Ia kemudian menemukan tempat tersebut. Tempat ini digambarkan seperti bangunan cottage hotel berdesain minimalis, namun dikelilingi dengan nuansa pemandangan natural yang sangat indah. Ia akhirnya bertemu dengan Nathan Bateman, CEO Bluebook yang juga atasannya. Disana, Nathan, yang diperankan oleh Oscar Isaac, sedang melakukan pengembangan untuk AI buatannya yang diberi nama Ava.

129-picture6
Courtesy Universal Pictures International, Film4, DNA Films © 2015

Terpilihnya Caleb ternyata membuat dirinya menjadi alat untuk melakukan tes Turing terhadap Ava, yang diperankan oleh Alicia Vikander. Setiap harinya, Caleb melakukan pengujian dengan menghabiskan waktu berinteraksi dengan Ava yang dibatasi oleh sebuah dinding transparan. Seiring dengan berjalannya waktu, sosok Ava secara perlahan mengintimidasi Caleb dan membawa Caleb ke sebuah kondisi yang mungkin tak pernah dibayangkannya.

Sebagai sebuah cerita, Alex Garland menghadirkan sebuah fiksi ilmiah yang bertempo pelan namun misterius. Ini terlihat jelas ketika Garfield seringkali menghadirkan latar musik repetisi yang bergerak sangat pelan. Garland membagi film ini ke beberapa bagian. Ia tidak memberi istilah lazim seperti part ataupun chapter, melainkan session. Saya menyukai bagaimana cara bertutur Garland untuk menampilkan kesan penuh tanda tanya di penonton. Garland menghadirkan pendalaman cerita yang semakin menarik lewat sebuah unexpected ending.

129-picture5
Courtesy Universal Pictures International, Film4, DNA Films © 2015

Saya cukup menyukai bagaimana pengembangan cerita ini dibuat. Garland, yang sebetulnya telah dikenal lewat karya novelnya “The Beach”, menghadirkan konsep dialog yang cukup matang, dan mungkin tidak terlalu mengada-ada. Mulai dari Turing Test, kehebatan cara kerja search engine, hingga menganalisa emosi lewat ucapan, menjadi beberapa topik perbincangan Nathan dan Caleb. Selain itu, saya cukup menyukai penokohan Nathan yang jenius, dan memang cukup cerdik terhadap segala kemungkinan dari Caleb. Salah satunya adalah ketika Caleb memancing Nathan dengan percakapan membahas bagaimana sistem percapakan yang diprogram pada Ava, dan hanya dibalas, “I understand that you want me to explain how Ava works. But, I’m sorry, I’m not gonna be able to do that.”

Dari sisi pemainnya, hanya ada 4 pemain yang cukup mencuri perhatian saya. Pertama, sosok Ava yang diperankan Alicia Viskander. Viskander cukup meyakinkan dengan bagaimana Ia berbicara seperti robot, hingga cukup mencuri perhatian karakter Caleb. Kedua, sosok Nathan yang diperankan Oscar Isaac. Isaac memberikan penampilan yang meyakinkan dengan hadir lewat segala tingkah laku aneh Nathan dan pemikirannya yang selangkah lebih maju dari Caleb. Ketiga adalah Domhnall Gleeson yang akan membius penonton untuk masuk ke cerita dengan cara pandangnya. Terakhir adalah sosok Sonoya Mizuno, pelayan Nathan yang seksi yang sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris. Walaupun sosok Mizuno tidak memiliki dialog yang berarti, karakter yang hanya mengandalkan gerak-gerik dan ekspresi ini akan cukup menjadi salah satu tokoh misterius di film ini.

129-picture3
Courtesy Universal Pictures International, Film4, DNA Films © 2015

Pada akhirnya, “Ex Machina” mencoba kembali menjelaskan bahwa robot memang berbeda dengan manusia. Sepintar apapun robot, mereka tidak akan pernah punya hati. Setelah dipikir-pikir, mungkin benar pendapat Nathan: “One day the AIs are going to look back on us the same way we look at fossil skeletons on the plains of Africa. An upright ape living in dust with crude language and tools, all set for extinction.”

Ex Machina (2015)
R, 108 menit
Drama, Sci-Fi
Director: Alex Garland
Writer: Alex Garland
Full Cast : Domhnall Gleeson, Corey Johnson, Oscar Isaac, Alicia Vikander, Sonoya Mizuno, Claire Selby, Symara A. Templeman, Gana Bayarsaikhan, Tiffany Pisani, Elina Alminas

#129 – Ex Machina (2015) was last modified: September 25th, 2022 by Bavner Donaldo